Oleh: Pakdejack
Secara mendasar manusia mempunyai dua kebutuhan dasar, yaitu :
1.Kebutuhan Somatis : yang meliputi makanan, minuman, tempat tinggal dan sex.
2.Kebutuhan Psikologis : yang meliputi keamanan, kasih sayang, harga diri, mendapat pengakuan, diterima di lingkungan sosial.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut ada karena manusia merupakan makhluk somato-psiko-sosial. coba bayangain gimana jadinya kalo kita punya banyak temen tapi gak bisa makan? ato malah bisa makan tapi gak punya teman? wuuih,,gak enak banget kan! Jika salah satu atau kedua kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan muncul berbagai dorongan, misal kebutuhan somatis tidak terpenuhi maka akan muncul dorongan berupa rasa lapar, haus, nyeri, lemah. mungkin kalo kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi akan muncul dorongan berupa rasa tegang, emosi, cemas.
Tapi bila kebutuhan psikologis terpenuhi yang muncul mungkin rasa puas, senang dan tenang. Rasa yang dihasilkan oleh dorongan ini akan mendorong kita untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan diatas, kalo kebutuhan selalu terpenuhi sih gak masalah, lha kalo enggak? ini salah satu pemicu stress, hal lain yang bisa menyebabkan stress adalah menghadapi pilihan yang sulit, kalo peribahasanya tuh bagaikan makan buah si malakama. Namun tiap individu mempunyai daya tahan stress (stress tolerance) yang berbeda-beda, hal ini tergantung pada kondisi somato-psiko-sosial individu tersebut. Ada orang yang peka terhadap stress tertentu yang dinamakan stress spesifik, biasanya karena pengalaman terdahulu yang menyakitkan dan tidak dapat diatasinya dengan baik. Misalnya seorang istri yang setiap kali berselisih dengan suaminya selalu lari dari rumah, dia tidak mampu menghadapi kondisi ini karena sewaktu masih anak-anak ia sering melihat ibunya dipukuli ayahnya, dan ini menimbulkan stress padanya yang belum dapat diatasinya dengan baik. wah bapak-bapak yang udah jadi ayah harus lebih hati-hati ne..
Lalu Gimana Cara Menghadapi Stress ?
Bila kita mendapat stress, maka secara normal akan ada usaha untuk menghadapinya. Namun seperti apakah usaha yang baik untuk menghadapi stress?
Secara garis besar terdapat dua cara untuk menghadapi stress, yaitu task oriented dan ego defense. Dari dua cara ini yang paling baik dan sehat adalah task oriented, lho koq bisa? kita bahas satu-satu aja ya..
Cara Adaptasi Berorientasi Tugas (task oriented)
Cara adaptasi terhadap stress berupa task oriented ini bertujuan untuk menghadapi tuntutan atau stressor secara sadar, realistik dan rasional. Cara ini mungkin terbuka ataupun mungkin terselubung dan dapat berupa :
1. Serangan atau menghadapi stressor secara frontal (terang-terangan).
2. Penarikan diri atau gak mau tau lagi tentang masalah yang dihadapi.
3. Kompromi.
Misalkan ada seorang siswa yang dihina oleh temannya, “heh kamu goblok banget sih? soal kayak gini aja gak bisa!!“. Jika dia menghadapi secara frontal mungkin dia akan menjawab “OK skr km boleh bilang aq emg goblok, tp liat aja ujian selanjutnya, kita liat siapa yg goblok dan siap yg pinter!!”, lalu siswa yang dihina ini belajar lebih keras dan memperoleh hasil yg lebih baik. Jika dia menghadapi dengan cara penarikan diri mungkin dia akan menjawab “Aq emg goblok, trus km mao ngapain kalo aq goblok? bapakku aja gak protes, ngapain km protes?, lalu dia sante aja sambil nyelonong pergi. jika dia menghadapi dengan cara kompromi, mungkin dia akan menjawab ” aq emg goblok, terus gmn? km mau ngajarin gak ngajarin aq biar bisa pinter?”, heheheeee…
Menghadapi stress dengan cara task oriented emg membutuhkan banyak energi, namun cara ini sangat baik dan bisa mematangkan pola berpikir kita. Namun pada kondisi tertentu secara gak sadar kita tidak menggunakan cara ini untuk menghadapi stress. Makanya kesadaran dan kontrol diri merupakan kunci dalam menghadapi stress.
Cara Adaptasi Pertahanan Ego (ego defense)
Ego (pribadi) merupakan inti kesatuan manusia, maka ancaman terhadap ego merupakan ancaman terhadap eksistensi manusia itu sendiri. Secara perlahan-lahan manusia telah belajar berbagai mekanisme pembelaan egonya bila menghadapi ancaman terhadap integritas pibadinya. Mekanisme ini penting karena dapat memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan dan mempertahankan rasa layak atau harga diri. Sebenarnya cara ini normal, kecuali jika sudah berlebihan, karena bila berlebihan yang terjadi bukannya membantu, malah mengganggu integritas kepribadian kita. Apa aja sih ego defense ini?
- Fantasy : Keinginan yang tak tercapai lalu dikabulkan dalam imajinasinya. Seperti siswa yang dihina temannya tadi berkhayal mendapat nilai terbaik di sekolah dan mendapat penghargaan dari gurunya.
- Denial (penyangkalan) : Tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan. Misalnya seorang ibu yang memejamkan matanya ketika melihat anak kesayangannya disunat (khitan).
- Rasionalisasi : Merasionalkan kenyataan yang sebenarnya salah. Misalkan seorang pejabat yang ketauan korupsi ketika ditanya alasannya korupsi malah menjawab “lha gimana saya bisa hidup dengan gaji seperti sekarang ini? ” ato “Istri dan anak saya sedang sakit, makanya saya butuh dana lebih.”
Jika orang menghadapi stress dengan dengan ego defense secara berlebihan akan terjadi gangguan, misalkan fantasi berlebihan akan menjadikan orang tersebut hidup dalam khayalan atau angan-angan tanpa usaha untuk mencapainya. Kondisi seperti ini sudah bisa disebut gangguan jiwa.whuuuaaaa….
Anda mau menggunakan cara yang mana untuk menghadapi stress? mao task oriented atau ego defense? terserah anda.. namun saran saya adalah menggunakan lebih banyak task oriented dengan sedikit bumbu ego defense biar kita bisa menghadapi masalah secara realistik namun juga tidak terlalu sakit rasanya…